Langsung ke konten utama

Di ujung batas

Huh, melelahkan..
Hari ini sungguh melelahkan. 
Bukan hanya kali ini, tapi sudah ku kuatkan tiap hari nya. Tapi kali ini aku benar² sudah hampir dibatas lelah, nyatanya lelah ku ini bukan lillah. Tahun terus berganti dan semua yang ku usahakan berakhir tak ber arti, aku capek harus berjuang akan semua hal. Bahkan hal sederhana hanya untuk bersama seseorang dalam berkeluh kesah atau bergantung pun sudah tak lagi ada karna kesalahan ku. Mungkin masalah ku tak begitu besar di banding orang lain, tapi nyatanya kali ini aku benar² capek dan lelah. Aku sudah di ujung batas. Sakit ku tak pernah pudar, trauma dan ketakutan masih terus membersamai langkahku, parahnya aku menjadi penakut menyangkut semua hal, bayang-bayang masalalu yang menyakitkan terus saja berputar berulang kali dalam pikiranku, aku tak pernah lupa dengan apa yang pernah terjadi. Aku sudah begitu pasrah kepada keadaan, tidak tau harus bagaimana lagi untuk mengusahakan sembuh seperti yang ku mau, akal ku seakan habis ditelan luka yang mendera, sembuh atau tidak aku sudah cukup bersyukur karena tidak menyerah atas rasa sakitnya, aku sudah sangat lelah menghadapi segalanya bahkan air matakupun enggan keluar meskipun perasaanku hancur berantakan.
Semua hanya tersimpan rapih rasa amarah, kecewa, takut, bingung dan rasa bersalah. 
Kenapa sesulit ini untuk hidup ku, aku lelah mencari sembuh ku, aku lelah mencari rezeki hanya untuk cukup, aku lelah harus berjuang, aku tak punya kemampuan apapun untuk melawan semua hal negatif, aku lelah hidup di keluarga ini, aku malu, aku takut, aku butuh pertolongan untuk diri ini agar tetap kuat sampai aku bisa setidaknya merubah keadaan menjadi lebih baik kedepannya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Ada Laki-Laki yang Mau Dengan Perempuan Sepertiku?

Perempuan itu di penuhi dengan rasa takut saat di tanya perihal dirinya, dan dia bertanya kepada jiwanya sendiri, sebab dia sangat menyadari betapa rumitnya dirinya ketika sudah mencintai seseorang.   Dia takut sifat manjanya dianggap sesuatu yang kekanak-kanakan, dia khawatir tentang hadirnya nanti hanya dianggap beban, dan dia sangat takut jika sudah terlalu dalam dia akan di tinggalkan, di bohongi, dan di permainkan seperti sebelumnya.    Padahal dalam hidupnya, dia mengingginkan seorang laki-laki yang mampu bersabar atas dirinya, membimbingnya dengan baik, dan bisa membahagiakan hati nya dengan hal-hal sederhana.    Dia mengetahui dirinya amat sangat rumit, dia ingin punya rumah yang mampu menerimanya, tanpa memandang seperti apa masa lalunya, bagaimana keluarganya, karena dia mau laki-laki itu tidak hanya mencintainya lebihnya tapi kurangnya yang dia punya. 

Kosong

Pernah ngga sih merasa hampa, kosong, dan tidak ada tujuan yang akan dituju, pernah merasa tak ada arah tujuan kemana akan berlabuh, kemana kita akan menaruh harapan baru kita saat harapan yang lama dijatuhkan, saat harapan yang kita idamkan tidak bisa kita capai, saat semua keadaan menjadi tak terkendali dan tidak terkondisikan, saat semua harapan direngut. itu yang terkadang kenapa kita manusia tanpa harapan berlari melihart alam, mencintai alam, membuka pikiran akan keindahan alam yang sangatlah indah, kita manusia yang tidak diinginkan berlari mencari arah dan tujuan tanpa tau kita akan berlabuh kemana dan kapan akan berhenti akan sebuah pencapaian dan pencarian, entah kapan dan dimana.

Mencari arah tujuan

 Sudah lama saya hidup di dunia.  Di dunia yang bahkan saya tidak pernah tau kemana arahnya.  Sudah banyak malam yang terlewat begitu sia-sia, banyak waktu yang terbuang tanpa menyelesaikan apa-apa dan tanpa tau kemana akan berlabuh.  Saya tak pandai menulis, tak pandai berkata-kata, dan tak pandai menjabarkan apa yang saya maksud. terutama apa yang ada di isi kepala saya.  Yang saya rasakan tiap tahun hanya rasa takut, khawatir, kecewa, dan marah.  Dan lagi-lagi saya tidak bisa bilang saya sedang baik-baik saja, saya tidak pandai menyampaikan perasaan saya yang sesungguhnya. saya sedang sedih kacau bahkan butuh pelukan bahkan tak akan pernah ada yang paham akan hal itu. saya tidak tau saya harus bilang kesiapa, yang saya tau. bahkan menulis ini pun saya tidak tau, hanya asal. bahkan seperempat yang saya rasakan saja tidak ada. terlalu berlibet. saya tidak paham. sudahlah.